Ujian Nasional Pembunuh

Lelah ini kian hadir, mendengar sebuah pembicaraan sekelompok guru. Nguping, diri mengakui hal tersebut, lalu apakah yang dibicarakannya? Entah berasal dari mana cerita ini, tapi ini bukan untuk yang pertama kalinya terjadi.

Seorang siswa Sekolah Menengah Atas yang tidak berhasil lulus Ujian Nasional, mencoba untuk sabar menanti UN di tahun depannya. Akan tetapi ketika untuk kedua kalinya dia mengikui UN, dia kembali mengalami kegagalan. Penantian yang dia lakukan selama 3 tahun dan 1 tahun sia-sia hanya karena Ujian Nasional. Merasa tertekan dengan hal tersebut dia mengakhiri hidupnya dengan menelan Pil Kina, yang berakibat meninggalnya sang siswa tersebut.

Jika dilihat dari siapa yang bertanggung jawab atas kejadian ini adalah Siswa itu sendiri yang memang tidak mampu untuk menembus angka yang menjadi standar nilai kelulusan. Tapi jika Anda resapi PEMERINTAHLAH yang berhak menjadi tersangka utama.

Bodoh jika hanya ingin bersaing nilai dengan Negara tetangga yang katanya standar nilainya adalah 7.00. Sadarkah Anda Wahai Pemerintah! Kalau hanya ingin bersaing seperti itu, sudahkah Anda mensejahterakan rakyat Anda. Negara kita banyak sekali yang melakukan bekerja dan sekolah dalam satu waktu, Pagi hingga siang sekolah dan malamnya mencari nafkah untuk sekolah. Dari sisi inilah harusnya pemerintah berfikir.

Kenapa harus sambil bekerja? …………………………………….

Tidak cukup mengerjakan satu-satu atau bertahap?…………………….

Lihat saja berapa biaya untuk sekolah perbulan! Dengan pendapatan orangtua mereka yang dibawah standar upah minimum dan itupun tidak continue (tidak pasti) mau makan apa? Ilmu?

Ilmu memang dapat mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik dimasa datang. Akan tetapi jika belajar dengan perut kosong apakah mampu berfikir dengan baik?

Capek diri ini mendengar hal yang negative dari kepemerintahan ini.

Kerja apa saja kalian?

Atau kalian sangat sibuknya tidak melihat ke dunia luar?

Ataukah tidak memiliki sumber berita?

Alangkah baiknya kembalikan ke jaman dimana kelulusan di pegang sekolah masing-masing. Tanpa Standar-standar nilai minimum. Biarkan masyarakat yang menilai baik buruknya pendidikan dari sekolah satu dengan sekolah yang lainnya. Jangan main menyamakan seperti saat ini. Kita belum mampu untuk menerapkan sistem yang ketat seperti itu. Jadilah seorang yang bekerja untuk kepentingan Negara/orang banyak bukan untuk mendapatkan nama baik perseorangan.